"Dari atas Gapura Panggung ini Sultan biasa menyaksikan tari-tarian di
bawah sana. Bangunan-bangunan di sampingnya merupakan tempat para
penabuh dan di tengah-tengah biasa didirikan panggung tempat para penari
menunjukkan kepiawaian dan keluwesan mereka," terang seorang pemandu
ketika YogYES memasuki Taman Sari. Dari Gapura Panggung, pemandu membawa
YogYES masuk ke area yang dulunya hanya diperbolehkan untuk Sultan dan
keluarganya, kolam pemandian Taman Sari. Gemericik air langsung menyapa.
Airnya yang jernih berpadu apik dengan tembok-tembok krem gagah yang
mengitarinya. Kolam pemandian di area ini dibagi menjadi tiga yaitu
Umbul Kawitan (kolam untuk putra-putri Raja), Umbul Pamuncar (kolam
untuk para selir), dan Umbul Panguras (kolam untuk Raja).
Sebuah periuk tempat istri-istri Sultan bercermin masih utuh berdiri
ketika YogYES memasuki menara tempat pribadi Sultan. Ornamen yang
menghiasi periuk memberi kesan glamor terhadap benda yang terletak di
samping lemari pakaian Sultan tersebut. Bisa dibayangkan, 200 tahun lalu
seorang wanita cantik menunggu air di periuk ini hingga tenang lalu dia
menundukkan kepalanya, memperbaiki riasan dan sanggulnya, memperindah
raganya sembari bercermin. Selain periuk dan kamar pribadi Sultan, di
menara yang terdiri dari tiga tingkat ini ada tangga dari kayu jati yang
masih utuh terawat sehingga memberi kesan antik bagi siapa pun yang
melihatnya. Naik ke tingkat paling atas, pantulan mentari dari kolam di
bawahnya dan seluruh area Taman Sari terlihat dengan jelas. Mungkin
dahulu Sultan juga menikmati pemandangan dari atas sini, pemandangan
Taman Sari yang masih lengkap dengan danau buatannya dan bunga-bunga
yang semerbak mewangi.
Selepas menikmati pemandangan dari atas menara, pemandu lalu membawa
YogYES menuju Gapura Agung, tempat kedatangan kereta kencana yang biasa
dinaiki Sultan dan keluarganya. Gapura yang dominan dengan ornamen bunga
dan sayap burung ini menjadi pintu masuk bagi keluarga Sultan yang
hendak memasuki Taman Sari. Pesanggrahan tepat di selatan Taman Sari
menjadi tujuan berikutnya. Sebelum berperang, Sultan akan bersemedi di
tempat ini. Suasana senyap dan hening langsung terasa ketika YogYES
masuk. Di sini, Sultan pastilah memikirkan berbagai cara negosiasi dan
strategi perang supaya kedaulatan Keraton Yogyakarta tetap terjaga.
Areal ini juga menjadi tempat penyimpanan senjata-senjata, baju perang,
dan tempat penyucian keris-keris jaman dahulu. Pelatarannya biasa
digunakan para prajurit berlatih pedang.
YogYES pun berpisah dengan pemandu di depan Gapura Agung. Namun, ini
bukan berarti perjalanan terhenti karena masih ada beberapa tempat yang
harus disinggahi seperti Sumur Gumuling dan Gedung Kenongo. Untuk menuju
tempat tersebut, Anda harus melewati Tajug, lorong yang menghubungkan
Taman Sari dengan keraton dan juga Pulo Kenongo. Lorong bawah tanah yang
lebar ini memang untuk berjaga-jaga apabila keraton dalam keadaan
genting. Ruang rahasia banyak tersembunyi di tempat ini. Keluar dari
Tajug, Anda akan melihat bekas dari Pulo Kenongo yang dulunya banyak
ditumbuhi bunga kenanga yang menyedapkan Taman Sari. YogYES pun menuju
Sumur Gumuling, masjid bawah tanah tempat peribadatan raja dan keluarga.
Bangunan dua tingkat yang didesain memiliki sisi akustik yang baik.
Jadi, pada zaman dahulu, ketika imam mempimpin shalat, suara imam dapat
terdengar dengan baik ke segala penjuru. Sekarang pun, hal itu masih
dapat dirasakan. Suara percakapan dari orang-orang yang ada jauh dari
kita terasa seperti mereka sedang berada di samping kita. Selain itu,
Untuk menuju ke pusat masjid ini, lagi-lagi harus melewati lorong-lorong
yang gelap. Sesampainya di tengah masjid yang berupa tempat berbentuk
persegi dengan 5 anak tangga di sekelilingnya, keagungan semakin terasa.
Ketika menengadahkan kepala terlihat langit biru. Suara burung yang
terdengar dari permukiman penduduk di area Taman Sari semakin menambah
tenteram suasana.
Persinggahan terakhir adalah Gedung Kenongo. Gedung yang dulunya
digunakan sebagai tempat raja bersantap ini merupakan gedung tertinggi
se-Taman Sari. Di tempat ini Anda dapat menikmati golden sunset yang
mempesona. Keseluruhan Taman Sari pun bisa dilihat dari sini, seperti
Masjid Soko Guru di sebelah timur dan ventilasi-ventilasi dari Tajug.
Puas dengan kesegaran air dari Taman Sari, langit akan menyapa.
Pemandangan yang indah sekaligus mempesona ditawarkan Taman Sari. Pesona
air yang apik berpadu dengan tembok-tembok bergaya campuran Eropa,
Hindu, Jawa, dan China menjadi nilai yang membuat Taman Sari tak akan
terlupakan.
Jam Buka: Senin - Minggu, pukul 09.00 - 15.30 WIB
Tiket:
- Wisatawan Domestik: Rp 3.000
- Wisatawan Mancanegara: Rp 7.000
- Guide: nego (Rp 10.000 - Rp 20.000)
Keterangan:
harga tiket diperoleh pada perjalanan bulan Januari 2012. Untuk tarif pemandu bervariasi, tergantung kesepakatan bersama.
harga tiket diperoleh pada perjalanan bulan Januari 2012. Untuk tarif pemandu bervariasi, tergantung kesepakatan bersama.
Post a Comment